Supported by :   

Jumat, 30 April 2010

RILEKS SEJENAK BERSAMA PARA KORUPTOR

Disuatu ballroom sebuah singgasana nan mewah berkumpullah orang-orang yang nampaknya sudah tidak asing dengan dunia kemewahan. Serentetan mobil mewah berjajar di halaman singgasana itu. Dari yang berwujud klasik hingga sporty nan futuristik. Semua dibuat terpana ketika melihatnya. Selidik punya selidik, ternyata mereka adalah dedengkot para koruptor negeri ini. Dalam suasana malam dengan diterangi lampu-lampu kristal impor nan menyilaukan mata tersebut, salah seorang diantaranya dengan lantang berkata, “What? Hukuman mati bagi kita?..jiahh, persetan dengan hukuman mati..huahaha..

Yang lain ikut tertawa, bahkan ketawa mereka lebih keras dari suara motor harley yang ikut terparkir di halaman singgasana. “Jika kita mati, harta kita akan selamat, tak ada yang bisa mengusutnya..makmurlah para keluarga kita, kaya raya, peduli amat dengan neraka..hahaha..” sahut yang lainnya. Rupanya euphoria sedang menyelimuti mereka. “Ramai-ramai orang diluar sana juga ingin memiskinkan kita, tahukah mereka jika simpanan harta kita ada di mana-mana..” kata orang pertama. ”Paling yang tersita hanya satu mobil mewah kita, yang lainnya……tetap masih bisa kita buat hura-hura..huahaha..”
“HAHAHAHAHA.. ” tiada henti mereka tertawa, tak terkecuali para keluarga mereka yang juga ikut meramaikan suasana.
Tanpa sepengetahuan mereka, ternyata ada rapat besar-besaran yang dijalankan secara rahasia. Rapat diselenggarakan untuk menentukan hukuman yang paling pantas buat koruptor. Rapat dihadiri oleh para umara’, ulama’, dan para rakyat yang perduli dengan bangsa. Akhirnya diputuskan tiga hukuman yang pantas bagi para koruptor. Yang pertama adalah memiskinkan mereka (menyita yang ketemu saja), yang kedua adalah memotong tangannya dan yang ketiga adalah memenjarakannya. Tangan yang dipotong adalah tangan sebelah kiri terlebih dahulu. Jika tangan kirinya sudah dipotong tapi ia masih melakukan korupsi juga, maka tangan kanannya adalah korban berikutnya. Dengan kata mufakat dan secara tegas akhirnya hasil rapat itu diputuskan. Undang-undang pun di siarkan ke seluruh pelosok negeri, semua mengetahuinya, bahkan para koruptor pun semakin keras tertawanya mengetahui Undang-undang baru tersebut. Bagi mereka, uang adalah segalanya. Uang bisa membebaskan mereka dari jerat hukuman yang ia terima.
Namun ternyata dugaan para koruptor itu salah. Tanpa mereka sangka pengadilan dilakukan secara terbuka disebuah lapangan dengan dihadiri ribuan masyarakat yang sudah geram dengan ulah mereka. Jika mereka terbukti bersalah, maka para algojo siap mengeksekusi mereka. Satu persatu koruptor dipotong tangannya. Bahkan kini gantian rakyat yang tertawa sekeras2nya ketika mereka melihat seorang kaya raya (tentu saja ada harta yang terlewat untuk disita) turun dari mobil dengan hanya mempunyai satu tangan saja. Masyarakat menyorakinya “Huahaha..itu koruptor yang sudah pernah ketangkap..ngomong2 kalau buang air cebok apa nggak ya..huahaha…”
Tidak hanya koruptor yang dibuat malu, bahkan keluarganya harus ikut menanggung malu selamanya hingga menimbulkan efek jera yang luar biasa. Daripada harus dihukum mati, mereka tentu saja tidak akan merasakan malu dihadapan masyarakat yang ia jarah hartanya.

2 komentar:

  1. wah benar banget tuh gan harusnya parakoruptor di gituin aja biar pada kapok tuh kasihan rakyat yang nanggung tapi mereka yang enak2an

    BalasHapus
  2. emang hukuman yang cocok buat para koruptor adalah hukuman yang bikin dia jera.

    BalasHapus

gratisanboy mempersilahkan pengunjung menulis komentarnya. Bagi pengunjung umum yang tidak mempunyai blog atau email silahkan pilih anonymous dan pada komentar disertai dengan nama anda. Thanks...